Tampilkan postingan dengan label Anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak. Tampilkan semua postingan

Kasus Sifilis Yang Meningkat Pada Ibu Rumah Tangga Di RI, Sebabkan Anak Terkena Penyakit Raja Singa

 

Kasus Sifilis Yang Meningkat Pada Ibu Rumah Tangga Di RI, Sebabkan Anak Terkena Penyakit Raja Singa

 Setelah kemarin ramai para ibu rumah tangga yang terkena penyakit sifilis, sekarang dikabarkan puluhan ribu anak tekena penyakit raja singa karena tertular dari orang tua mereka.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap adanya lonjakan kasus sifilis atau raja singa dalam lima tahun terakhir sebesar 70 persen. Hingga tahun 2022, kasus sifilis ini mencapai 21 ribu orang.

Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril, anak-anak juga rentan mengalami sifilis. Bahkan, gejala dan dampaknya bisa sangat berbahaya, hingga menyebabkan kecacatan seumur hidup.

"Jika tidak meninggal, dia juga bisa penyakit sifilis seumur hidup," kata Syahril.

Baca juga: Jangan Sembarang Cium Bayi, Itu Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan Pada Si Bayi

Seperti apa tanda atau gejala sifilis pada anak?

Sifilis pada anak sama seriusnya dengan infeksi di orang dewasa, bayi yang terpapar bakal mengalami luka dan gatal di sekitar alat kelamin. Parahnya, bisa berdampak pada organ tubuh lain seperti jantung, otak, hingga pembuluh darah.

Bayi yang terkena sifilis juga akan mengalami luka dan gatal di sekitar alat kelaminnya. Bahkan sifilis ini bisa memengaruhi organ tubuh lain, seperti jantung, otak, hati, hingga pembuluh darah.

Dikutip dari laman Childrens, gejala raja singa ini bervariasi dan terus berkembang menjadi lebih buruk seiiring dengan perkembangan stadium. Adapun beberapa tahapan dari gejala sifilis ini, sebagai berikut:

Tahap Primer

Gejala utama pada tahap ini adalah munculnya beberapa luka atau ruam di sekitar tempat infeksi. Biasanya, luka tersebut keras, bulat, dan tidak sakit.

Tahap Sekunder

Pada tahap ini, ruam biasanya akan muncul di anus, mulut, atau vagina. Ruam ini berupa bercak merah atau merah kecoklatan.

Biasanya ruam tidak gatal dan bisa juga muncul pada telapak tangan atau kaki. Selain itu, ada beberapa gejala lain yang mungkin terjadi seperti:

  • Kelelahan
  • Demam
  • Rambut rontok
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Penurunan berat badan

Tahap Tersier

Pada tahap ini, gejala yang terjadi menjadi lebih parah atau komplikasi. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan dan kerusakan pada organ penting tubuh, yakni:

  • Kerusakan jantung dan pembuluh darah
  • Kerusakan sistem saraf
  • Kerusakan organ
  • Komplikasi Sifilis pada Sistem Saraf Pusat atau Neurosifilis
  • Gejala yang muncul dalam tahap ini meliputi:
  • Demensia
  • Sakit kepala (parah atau migrain)
  • Gerakan otot atau masalah koordinasi
  • Mati rasa atau kelumpuhan
  • Perubahan penglihatan atau kebutaan

Baca juga: Daftar Harga Vaksin Imunisasi Lengkap Untuk Anak

Meski lebih sering terdengar dialami orang dewasa, sifilis juga bisa menginfeksi bayi baru lahir. Adapun gejala yang bisa terlihat pada bayi yang baru lahir, yaitu:

  • Anemia
  • Infeksi tulang
  • Katarak
  • Ketulian
  • Demam
  • Retensi cairan
  • Penyakit kuning
  • Ruam
  • Kejang
  • Ulkus kulit
  • Hati bengkak
  • Limpa bengkak

Sungguh miris, anak yang notabennya tidak tau apa-apa malah menjadi korban dari orang tua mereka yang suka "jajan" sembarangan. Kalau sudah begini kasian puluhan anak di Indonesia yang terkena penyakit raja singa, bagaimana masa depan mereka yang masih panjang?Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat. 

Share:

Wajib Ibu Hamil Ketahui! Cegah Potensi Bayi Prematur dengan Cara Ini

 

Wajib Ibu Hamil Ketahui! Cegah Potensi Bayi Prematur dengan Cara Ini

 Setiap ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya dan pasti ingin melihat buah hatinya sehat, karenanya  Penting untuk para ibu yang sedang hamil ketahui beberapa cara untuk cegah bayi terlahir prematur. Yuk simak caranya.

Sebagai ibu hamil, memberikan perhatian lebih kepada calon buah hati yang sedang dikandung merupakan hal yang perlu dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar buah hati lahir dengan kondisi sehat dan normal.

Baca juga: IDAI Minta Orang Tua Catat dan Simpan Obat yang Dipakai untuk Anak, Guna Cegah Gangguan Ginjal Akut

Karena itu, untuk mencegah bayi lahir secara prematur ada sejumlah hal yang harus dilakukan oleh para ibu hamil. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah cara mencegah bayi lahir prematur.

1. Terapkan Gaya Hidup Sehat

Ibu hamil diimbau untuk menerapkan gaya hidup sehat secara maksimal. Ibu hamil juga dituntut untuk tetap menjaga berat badan. Diketahui seorang wanita yang mengalami obesitas dengan BMI (body mass index) atau indeks massa tubuh 30 atau lebih tinggi sebelum kehamilan berada pada risiko komplikasi yang lebih tinggi.

Olahraga sebagai bagian dari gaya hidup sehat juga disarankan untuk dilakukan oleh ibu hamil. Seperti berjalan kaki pagi hari sekitar 10-15 menit setiap hari. Selain berjalan, olahraga berenang juga bisa dilakukan. Selain melatih otot-otot tubuh, berenang juga menyenangkan karena dilakukan di dalam air.

 

2. Hindari Zat Berbahaya

Bukan lagi jadi rahasia umum kalau ibu hamil harus menghindari zat-zat berbahaya seperti alkohol atau rokok yang berisiko memberikan masalah bagi kehamilan. Alkohol disebut menyebabkan keguguran, lahir mati dan berbagai cacat fisik, perilaku, dan intelektual bagi buah hati.

Sementara rokok berisiko menyebabkan kelahiran prematur, cacat lahir tertentu seperti bibir sumbing dan kematian. Berhenti merokok pun jadi pilihan terbaik untuk melindungi buah hati dari berbagai masalah kesehatan seperti berat badan yang rendah saat lahir.

Ibu hamil juga dihimbau untuk berhati-hati jika memiliki hewan peliharaan seperti kucing. Hal ini karena bulu pada kucing bisa membawa parasit Toxoplasma gondii. Infeksi dari parasit ini bisa menyebabkan keguguran dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada buah hati.

3. Kontrol Rutin

Saat hamil, ibu harus tetap melakukan kontrol secara rutin untuk memastikan kondisi kesehatan diri dan buah hati serta mencegah terjadinya komplikasi kehamilan ataupun kelahiran prematur.

Jika ibu hamil hendak mengonsumsi obat tertentu, tanyakan dulu ke petugas layanan kesehatan, apakah obat tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak. Ibu hamil juga perlu mengetahui obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan cacat lahir.

Konsultasikan juga vaksinasi yang aman untuk diberikan selama masa kehamilan seperti vaksin flu atau beberapa vaksin lainnya. Mendapatkan suntikan flu adalah langkah pertama dan paling penting. Suntikan flu yang diberikan selama kehamilan telah terbukti melindungi ibu dan buah hati (hingga 6 bulan setelah melahirkan) dari flu.

Ibu hamil juga bisa mendapatkan vaksin Tdap yang dianjurkan pada usia 27-36 minggu, guna memaksimalkan kekebalan tubuh dan meningkatkan antibodi ke janin. Jangan lupakan juga vaksin COVID-19 yang aman diberikan untuk ibu hamil.

Selain itu, ibu hamil juga bisa berkonsultasi mengenai nutrisi apa saja yang perlu dikonsumsi selama kehamilan. Nutrisi yang tepat dapat membantu ibu hamil menjalani kehamilan dengan sehat serta menghindarkan buah hati dari berbagai risiko kesehatan.

Ibu hamil juga dapat melakukan konsultasi terkait nutrisi yang tepat selama masa kehamilan. Dengan konsultasi ini, ibu akan mendapatkan saran-saran tentang makanan yang baik untuk dikonsumsi dan juga perlu untuk dihindari.

4. Konsumsi Makanan dan Minuman Sehat

Ibu hamil perlu mengonsumsi makanan dan minuman bernutrisi apalagi hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan organ tubuh, perkembangan otak janin dan berat lahir yang sehat, serta dapat mengurangi risiko bayi cacat lahir.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan, prevalensi kelahiran bayi prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 7 - 14%, bahkan di beberapa kabupaten mencapai 16%. Prevalensi ini lebih besar dari beberapa negara berkembang yaitu 5 - 9% dan 12 - 13% di USA. Prevalensi nasional BBLR 11,5%.

Untuk itu, Ibu hamil harus memperhatikan kebutuhan nutrisi hariannya. Selain menghindari kelahiran bayi prematur, dengan memenuhi nutrisi yang baik, ibu hamil juga dapat mengurangi resiko terjadinya stunting pada anak yang dikandung. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen.

Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen dan standar WHO di bawah 20 persen.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, salah satu asupan nutrisi yang penting untuk ibu hamil adalah protein. Nutrisi ini berperan penting untuk memastikan pembentukan organ tubuh buah hati, maupun perkembangan otak buah hati.Adapun kebutuhan protein selama masa kehamilan dan menyusui ini bisa dipenuhi lewat konsumsi makanan tinggi protein, mulai dari telur, daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, dan produk nutrisi seperti PRENAGEN mommy.PRENAGEN mommy mengandung PROTEIN sebagai sumber energi, DHA-Omega 3, Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi buah hati, dan 20 Vitamin Mineral untuk perkembangan otak buah hati.

Baca juga: Anak Bermain Diluar Itu Baik Dan Banyak Manfaatnya Loh Bun

Selain itu, PRENAGEN mommy juga tinggi asam folat untuk mencegah cacat tabung saraf, zat besi, kalsium dan vitamin D. Produk ini bisa dikonsumsi 2 gelas sehari sejak awal kehamilan hingga melahirkan yang bisa disajikan hangat atau dingin, serta rasanya enak nggak bikin enek.

Nah jadi itulah beberapa cara dan langkah-langkah yang harus ibu hamil lakukan, kalian sudah tahukan? Jadi jangan lupa diterapkan ya, supaya tidak terjadi apa-apa terhadap kondisi kesehatan calon buah hati kalian. Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat. 

Share:

Viral! Madsaz Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi Dengan Akurasi Tinggi Buatan Indonesia Menjadi Sorotan Dunia

 

Viral! Madsaz Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi Dengan Akurasi Tinggi Buatan Indonesia Menjadi Sorotan Dunia

 Baru-baru ini ramai diperbicarakan terkait inovasi baru tekait aplikasi penerjemah tangisan bayi bernama madsaz yang dibuat oleh dosen IPB Medhanita Dewi Renanti, S Kom, M Kom. Aplikasi tersebut dapat mengklasifikasikan 5 jenis tangisan bayi dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi yaitu di angka 94 persen.

 Baca juga: Daftar Harga Vaksin Imunisasi Lengkap Untuk Anak

Medhanita mengatakan saat ini ia dan tim masih fokus pada bahasa bayi yang bersifat universal pada usia 0-3 bulan. Bahasa bayi tersebut diklasifikasi menjadi 5 tangisan, yaitu saat bayi merasa lapar, mengantuk, bersendawa, kembung, hingga perasaan tidak nyaman. Namun, ia akan mengembangkan aplikasi tersebut agar bisa mendeteksi jenis tangisan bayi lebih spesifik.

"Nanti ke depannya mau lebih fokus untuk deteksi penyakit- awal bayi. Harapannya lebih bisa mendeteksi awal. Jadi orang tua dan lingkungan bisa bikin treatment biar sembuh. Lalu dari mimik bayi. Ada kombinasi voice sama mimik," ungkapnya, Senin (8/5/2023).

Medhanita memaparkan sejak Februari lalu sudah ada 176 negara yang mengunduh dengan 257 ribu pengguna aktif. Aplikasi tersebut tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Saat ini, Madsaz hanya bisa diunduh di perangkat android.

Aplikasi Madsaz dapat digunakan pada bayi usia berapa pun. Namun, tingkat akurasi tertinggi, yaitu 94 persen tercapai untuk bayi usia 0-3 bulan dengan noise minimal.

"Kalau dengan noise sedang kami kembangkan. Kelemahannya kalau ada noise, seperti ibu ngobrol, keramaian, akurasi agak menurun. Jadi bagaimana biar ada noise tapi akurasi tetap meningkat," tuturnya.

Ia mengaku ada beberapa developer aplikasi dari negara lain yang menghubungi untuk 'membeli' aplikasi tersebut. Namun, Medhanita menolak.

Baca juga: Jangan Sembarang Cium Bayi, Itu Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan Pada Si Bayi

"Beberapa dari negara lain sudah ada yang menghubungi, tapi saya mau memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Jadi sementara 'tidak', tegas Medhanita.

Melalui aplikasi tersebut, Medhanita berharap orang tua merasa terbantu karena mudah mengetahui keinginan anak sebenarnya. Hal ini membuat orang tua memberi respon lebih cepat ketika bayi menangis dan mengurangi tingkat stres pascamelahirkan.

Nah buat kalian yang penasaran dan ingin mencobanya, kalian bisa langsung unduh aplikasi madsaz ini di playstore maupun appstore. Silahkan kalian coba sendiri dan rasakan bagaimana aplikasi itu bekerja, apakah bisa membantu kalian dalam menangani masalah bayi yang rewel atau tidak.  Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat.

Share:

Miris! Bocah Umur 11 Tahun Mengidap Heatstroke Di Malaysia. Cairan Pada Tubuhnya Jadi Mengering

 

Miris! Bocah Umur 11 Tahun Mengidap Heatstroke Di Malaysia. Cairan Pada Tubuhnya Jadi Mengering

 Beberapa pekan ini beredar kabar tentak seorang anak berusia 11 tahun yang tewas karena mengidap heatstroke di Malaysia. Bocah ini mati karena seluruh cairan dalam tubuhnya mengering tiba-tiba dan akhirnya meninggal dunia.

Pada Minggu (23/4/2023), bocah bernama Muhamad Syamil Aqil masih terlihat sehat dan aktif. Saat itu ia menghabiskan waktu bersepeda di bawah terik matahari.

Baca juga: Waspada Asam Urat, Inilah Nilai Normal Kadar Asam Urat

Namun, keesokan harinya pada Senin (24/4) Syamil mulai demam hingga muntah-muntah. Suhu tubuhnya naik turun antara 37 dan 38 derajat celcius.

"Pada Hari Raya Idul Fitri hari keempat (25 April) setelah sholat subuh, saya melihat Syamil sudah sangat lemah dan ketika kami bersiap-siap untuk pergi ke puskesmas, tiba-tiba dia mengalami serangan epilepsi," jelas Wanie yang dikutip dari New Straits Times.

"Saya langsung membawa anak saya ke Klinik Kesehatan Balai. Sesampainya di klinik, dokter jaga langsung memberikan oksigen dan branula untuk memasukkan cairan. Namun, tiba-tiba denyut nadinya berhenti dan tidak sadarkan diri," lanjutnya.

Wanie dan suaminya segera membawa Syamil ke klinik. Di sana, dokter berusaha menyelamatkan Syamil dan melakukan Cardiopulmonary resuscitation (CPR). Sayangnya, bocah 11 tahun itu tidak bisa diselamatkan.

Jenazahnya dibawa ke Unit Forensik Rumah Sakit Raja Perempuan Zainab II (HRPZ II) untuk dilakukan post-mortem atau autopsi. Hasilnya, bocah 11 tahun itu meninggal karena sengatan panas dan dehidrasi.

Baca juga: Wajib Kalian Ketahui! Jenis-Jenis Dari Penyakit Serangan Jantung Yang Bisa Mengancam Nyawa

Dirjen Kesehatan Kelantan, Datuk Dr Zaini Hussin, juga membenarkan penyebab kematian bocah tersebut.

"Hasil awal dari visum yang dilakukan di bagian forensik HRPZ II ditemukan bahwa anak tersebut mengalami heat stroke dan mengalami dehidrasi," jelas Dr Zaini.

Wanie mengatakan kondisi organ dalam tubuh anaknya sudah mengering. Bahkan cairan di dalam tubuhnya dan darah milik Syamil juga mengering.

Melihat kasus putranya, Wanie memperingatkan para orang tua untuk selalu memperhatikan kesehatan anaknya yang sering bermain di bawah terik matahari. Terlebih di kondisi yang memiliki suhu cukup tinggi.

"Semua organ dalamnya, termasuk jantung dan ginjalnya kusut atau mengikal. Darah dan cairan di tubuhnya sudah mengering," lanjut dia.

"Saya ingin para orang tua lain untuk memperhatikan apa yang terjadi dari kejadian tragis ini dan tidak membiarkan anak-anak mereka bermain di bawah terik matahari karena suhu akhir-akhir ini cukup tinggi. Harap pastikan anak-anak minum cukup air dan tetap terhidrasi," pungkasnya.

Apa Itu Heatstroke?

Heatstroke adalah suatu kondisi yang disebabkan tubuh yang terlalu panas. Dikutip dari Mayo Clinic, biasanya ini akibat dari kontak yang terlalu lama atau aktivitas fisik dalam suhu tinggi.

Bentuk cedera panas yang paling serius, yakni heatstroke, bisa terjadi jika suhu tubuh naik hingga 40 derajat celcius atau 104 derajat fahrenheit bahkan lebih. Kondisi ini paling umum terjadi pada bulan-bulan musim panas.

Kondisi heatstroke ini membutuhkan perawatan darurat. Jika tidak segera ditangani bisa merusak otak, jantung, ginjal, dan otot.

Kerusakan semakin parah jika pengobatan ditunda lebih lama, meningkatkan risiko komplikasi serius atau kematian.

Gejala heatstroke

Suhu tubuh tinggi

Tanda utama adalah suhu inti tubuh 104 fahrenheit (40 celcius) atau lebih tinggi, diperoleh dengan termometer rektal.

Kondisi mental atau perilaku yang berubah

Kebingungan, agitasi, bicara cadel, lekas marah, delirium, kejang, dan koma, semuanya bisa diakibatkan oleh sengatan panas atau heatstroke.

Perubahan pada kulit

Pada heatstroke yang disebabkan oleh cuaca panas, kulit akan terasa panas dan kering saat disentuh. Namun, pada sengatan panas yang disebabkan oleh olahraga berat, kulit mungkin terasa kering atau sedikit lembab.

Baca juga:  Awas Anak Terkena Penyakit Kronis, Jika Terus Batuk Tanpa Henti

Mual dan muntah

Saat mengalami heatstroke, seseorang mungkin merasa mual atau muntah.

Kulit memerah

Kulit mungkin memerah saat suhu tubuh meningkat.

Pernapasan cepat

Pernapasan mungkin menjadi cepat dan dangkal.

Denyut jantung terasa lebih cepat

Denyut nadi dapat meningkat secara signifikan karena tekanan panas memberikan beban yang luar biasa pada jantung untuk membantu mendinginkan tubuh.

Sakit kepala

Akibat dari heatstroke bisa membuat kepala seseorang mungkin terasa berdenyut.

Nah jadi itulah kisah miris dari seorang bocah berusia 11 tahun asal malaysia yang terkena penyakit heatstroke dan berakhir meninggal dunia. 

Share:

Karya Anak Bangsa Yang Patut Diapresiasi. Penemuan Aplikasi Pendeteksi Tangisan Bayi, Gimana Cara Kerjanya?

Karya Anak Bangsa Yang Patut Diapresiasi. Penemuan Aplikasi Pendeteksi Tangisan Bayi, Gimana Cara Kerjanya?

 

 Lagi-lagi anak bangsa kita membuat sebuah inovasi terbaru, Seorang Dosen dari Institusi Pertanian Bogor (IPB) ini telah berhasil membuat sebuah penemuan berupa aplikasi pendeteksi tangisan bayi. Lantas bagaimana cara kerja dari aplikasi tersebut? yuk simak penjelasannya.

Baca juga: Anna Dzha Fatu Minal Iiman, Kebersihan Penting Tuk Cegah Penularan Penyakit Polio

Aplikasi yang diberi nama Madsaz ini bahkan diklaim memiliki akurasi tinggi mencapai 94 persen. Konon, aplikasi ini bisa membantu para orangtua untuk memahami keinginan anak mereka saat menangis. Peneliti bernama Medhanita selama ini mengajar Manajemen Informatikan di Sekolah Vokasi IPB. Aplikasinya sudah diunduh sekitar 180 ribu orang.

Tidak hanya dari Indonesia, melainkan luar negeri. Kebanyakan yang mengunduh aplikasi adalah orang tua muda atau yang baru memiliki anak.

"Manfaat dari aplikasi ini alhamdulillah sudah banyak membantu ibu-ibu, utamanya yang baru punya anak untuk menerjemahkan tangisan bayinya," kata Medhanita, dikutip dari keterangan resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Rabu (3/5/2023).

Cara kerja aplikasi disebut mendeteksi keinginan bayi melalui lima jenis tangisan. Misalnya tangisan saat lapar, mengantuk, bersendawa, kembung, hingga perasaan tidak nyaman.

Pengguna diarahkan untuk merekam suara tangisan bayi dan dalam waktu sekitar beberapa menit, tangisan tersebut akan diterjemahkan sebagai rujukan keputusan tindakan yang diambil oleh orang tua bagi bayinya.

"Misalnya ternyata nangisnya karena tidak nyaman, mungkin bisa dicek apakah popoknya sudah basah misalnya," pungkas Medhanita.

Baca juga: Mau Mulai Diet? Kenali Dulu Nih Jenis Diet Yang Wajib Diketahui Sebelum Mulai Diet

 Gimana menurut kalian terkait inovasi ini? Apakah cukup mempermudah para orang tua dalam hal mengurus bayi, terlebih untuk orang tua muda yang kerap kesulitan dalam hal tersebut? Terlepas dari semua itu, sudah sepatutnya kita mengapresiasi inovasi anak bangsa bukan? Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat. 


Share:

Yuk Masak Makanan Serba Kukus, Agar Anak Terhindar Dari Penyakit Diabetes

pcare vaksin

 

Perlu kalian ketahui bahwa mengukus disebut sebagai cara mengolah makanan paling sehat dibanding menggoreng atau menumis.

Dengan mengukus, kandungan gizi dan kalori makanan lebih terjaga ketimbang mengolah makanan dengan cara lain seperti menggoreng. menumis atau merebus.

Baca juga: Apakah Aman Dan Boleh Tidur Setelah Sahur?

Sayangnya mengolah makanan dengan cara dikukus kurang disukai anak-anak.

Bila kita bertanya soal makanan kesukaan pada si kecil, sudah hampir pasti jawaban yang keluar tidak akan jauh dari hidangan cepat saji yang banyak digoreng seperti nugget, ayam goreng, sosis dan sejenisnya.

Padahal, makanan sejenis itu rendah kandungan zat gizi yang berperan penting sebagai penyedia tenaga untuk mengarungi hari.

Berbahayanya lagi, makanan cepat saji juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan akibat kandungan kalori yang tinggi.

Andai dibiarkan dalam waktu yang lama, bukan tidak mungkin buah hati dapat mengidap obesitas, darah tinggi atau bahkan diabetes.

“Junkfood sangat tinggi gula dan inflamatif. Anak-anak sekarang itu sudah banyak yang kena hipertensi, diabetes melitus tipe II karena ini,” jelas Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) dalam sebuah talkshow di Jakarta.

Kabar baiknya, risiko tersebut dapat dicegah dengan membiasakan anak untuk menyukai hidangan non-goreng sejak dini.

Baca juga: Tips Penting Untuk Menjaga Mental Sang Bunda Yang Sedang Menyusui

Pasalnya, sajian alternatif tersebut cenderung memiliki indeks gula yang jauh lebih rendah dibandingkan jajanan pada umumnya.

“Jadi, pesan saya solusinya kembali ke makanan alami, real food, seperti banyak sayuran, rebus-rebusan. Kentang rebus, kentang goreng dan keripik saja misalnya,” lanjut dr. Piprim.

Pernyataan dr. Piprim itu didukung juga oleh nutrisionis PT Sehat Secara Alami (SESA), Reni Rahmawati.

Menurutnya, konsumsi hidangan non-goreng bahkan juga dapat membuat tubuh bekerja secara lebih optimal.

“Selain memiliki cita rasa yang lebih enak, makanan yang diolah dengan cara rebus, kukus, bakar atau panggang juga memiliki nilai kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan makanan yang yang digoreng,” papar Reni.

Sadar akan isu kesehatan yang mengintai para anak penggemar hidangan serba goreng, SESA sebagai distributor perusahaan yang fokus mendistribusikan produk sehat, memperkenalkan GreenPan Steamy.

Produk kukusan premium ini dapat mendukung niat para ibu dalam mendorong keluarganya bertransisi menjadi penikmat hidangan kukusan.

“Kami berkomitmen penuh mendukung para ibu untuk mengaplikasikan gaya hidup sehat terhadap anggota keluarganya melalui produk pengukus yang memungkinkan para ibu menyajikan hidangan kukus secara rutin, praktis dan menyenangkan,” ujar Chief Marketing Officer SESA, Renny Hasibuan.

Selain membantu bahan masakan untuk tetap memiliki kandungan zat gizi yang tinggi pasca dimasak, pengukus makanannya juga dirancang agar dapat menghasilkan hidangan yang lezat.

Hal itu dimungkinkan oleh desain produknya yang membuat makanan terasa lebih lezat saat ditumpuk di dalam kukusan.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Agar Produktivitas Tetap Lancar Di Cuaca Pancaroba

Tak lupa, sebagai pengukusnya juga sudah terbebas dari risiko mengeluarkan racun yang umum terjadi pada alat masak tradisional.

Dan alhasil, selain lepas dari ancaman penyakit yang dapat muncul dari makanan cepat saji, anak pun dipastikan bebas dari kemungkinan disusupi zat berbahaya yang dilepas alat saat proses memasak. Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat. 

Share:

Daftar Harga Vaksin Imunisasi Lengkap Untuk Anak

 

pcare vaksin

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah memfasilitasi imunisasi rutin wajib di Indonesia, sehingga masyarakat tak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun. Kendati begitu, tak semuanya mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Beberapa rumah sakit atau klinik pun mematok harga vaksin jika dilakukan secara mandiri. Lantaran, vaksinasi yang mendapat subsidi hanya diadakan di puskesmas atau posyandu.

Baca juga:  Kata-Kata Dari Orang Tua Yang Diperlukan Anak Untuk Menjadi Sukses

Vaksinasi pada anak yang dilakukan di puskesmas atau posyandu berupa multi dose vial. Artinya, vaksinasi yang dapat dilakukan diberikan kepada banyak anak karena berisi sejumlah dosis.

Maka dari itu, vaksinasi di puskesmas atau posyandu sudah terjadwal. Hal ini bertujuan agar dosis dapat digunakan sampai habis sehingga tidak perlu dibuang.

Apabila jadwal vaksinasi di puskesmas atau posyandu terlewat, orangtua tak perlu khawatir karena tetap bisa melakukan imunisasi di rumah sakit atau klinik.

Berikut ini rincian jenis-jenis vaksinasi yang perlu diberikan pada anak dan diwajibkan oleh pemerintah beserta harganya.

1. Hepatitis B

Vaksin hepatitis B bertujuan untuk membentuk antibodi pada anak agar kebal pada virus yang bisa menyerang hati dan terhindar dari komplikasi yang mengintainya. Pemberian vaksin ini dilakukan sebanyak empat kali.

Terhitung sejak baru lahir kemudian dilanjut pada usia 2, 3, 4 bulan dengan estimasi harga sekitar Rp 325.000 untuk sekali vaksin. Jika ditotal maka vaksin hepatitis B membutuhkan biaya Rp 1,3 juta.

Baca juga: Anna Dzha Fatu Minal Iiman, Kebersihan Penting Tuk Cegah Penularan Penyakit Polio

2. Tuberkulosis (BCG)

Vaksin BCG hanya diberikan sekali ketika bayi berusia 3 bulan dengan estimasi biaya Rp 345.000. Manfaat dari vaksin ini untuk mencegah tuberkulosis yang dapat menyerang saluran pernapasan, saluran cerna, kelenjar getah bening dan ginjal.

3. Polio

Vaksinasi polio di Indonesia umumnya berbentuk tetes dan diberikan sebanyak empat tetes. Dimulai saat bayi baru lahir kemudian disambung ketika memasuki usia 2, 3, dan 4 bulan dengan estimasi biaya Rp 355.000. Jika diakumulasikan maka dana yang perlu dipersiapkan adalah Rp 1.420.000.

4. Campak

Vaksinasi campak diberikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun dan sudah terintegrasi dengan vaksin MMR yang bisa mencegah terjadinya gondong, campak dan rubella. Campak sendiri adalah penyakit yang ditandai dengan gangguan pernapasan, diare sampai peradangan pada otak.

Apabila anak sudah melakukan vaksin MMR, maka ia cukup melakukan vaksin campak sebanyak dua kali di usia 9 bulan dan 18 bulan. Biaya yang diperlukan untuk vaksin campak sekitar Rp 425.000 dan vaksin MMR diangka Rp 685.000.

Baca juga:  Tips Penting Untuk Menjaga Mental Sang Bunda Yang Sedang Menyusui

5. DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)

Vaksin ini bertujuan untuk mencegah berbagai penyakit meliputi difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), tetanus, pneumonia, hepatitis B dan meningitis. Vaksin DTP wajib diberikan pada bayi sebanyak empat kali mulai usia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Biaya yang perlu dipersiapkan untuk sekali vaksin DTP sekitar Rp 445.000.

 Nah, jadi itulah daftar harga vaksin imunisasi lengkap untuk anak. Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat. 

Share:

Jangan Sembarang Cium Bayi, Itu Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan Pada Si Bayi

 Tidak jarang kita mencum bayi atau anak kecil dikarenakan mereka memang menggemaskan. Tapi, tahukah kalian bahwa hal tersebut bisa memberikan risiko yang fatal?

pcare vaksin

Dokter Anak dr, Nadya Alaydrus, SpA melalui unggahan reels instagram-nya pada 7 Maret 2023 lalu pun menegaskan untuk tidak mencium bayi orang lain. Bukan tanpa alasan, dr. Nadya menuturkan sederet permasalahan kulit yang akan diderita si bayi kelak.

Baca juga: Wajib Kalian Ketahui! Jenis-Jenis Dari Penyakit Serangan Jantung Yang Bisa Mengancam Nyawa

1. Reaksi Alergi

Reaksi alergi dapat terjadi pada si bayi akibat partikel sisa makanan yang ada di bibir, bahan kosmetik seperti lipstick, dan produk skincare seperti parfum inilah yang memicu reaksi alergi pada bayi. Terutama pada bayi yang memiliki riwayat atopi.

Gejala dari reaksi alergi ini bisa berupa kulit merah dan gatal-gatal.

2. Flu Singapura

Flu singapura paling sering dialami oleh anak kecil di bawah 5 tahun terutama pada bayi karena sangat menular. Penularannya bisa melalui tangan, permukaan benda yang terkontaminasi, atau juga droplet dan air liur.

Flu singapura juga memiliki gejala yang khas seperti adanya kemerahan pada telapak tangan, telapak kaki, juga area mulut.

3. Herpes

Apabila ada yang mengalami herpes pada area bibir orang dewasa sangat bisa menular kepada bayi atau anak kecil. Herpes tetap bisa menular walaupun orang dewasa tak sedang bergejala kambuh.

Baca juga: Bingung Karena Anak Sering Sakit-Sakitan? Ini Tips Agar Anak Kalian Sehat

Kondisi ini sangat berbahaya terutama pada bayi yang baru lahir lantaran bisa menyerang sampai ke otak, kerusakan organ dalam, kebutaan, tuli serta reaksi alergi lain terhadap virusnya.

Oleh karena itu, sebagai orang dewasa harus bisa bijak ketika bertemu dengan bayi atau anak kecil, ya. Kamu cukup bisa dengan berjoget ketika bertemu dengan bayi atau anak kecil yang menggemaskan tanpa melakukan kontak fisik. Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat.

Share:

Awas Anak Terkena Penyakit Kronis, Jika Terus Batuk Tanpa Henti

 Orangtua harus waspada dengan batuk yang dialami anak. Terlebih jika batuk tersebut tak kunjung sembuh meski sudah diberikan obat bebas resep dan menghindari makanan atau minuman pemicu batuk.

Bisa jadi batuk yang dialami anak merupakan gejala awal dari beberapa penyakit kronis. Sebagaimana melansir dari laman Halodoc pada Jumat (10/3/2023), berikut lima penyakit kronis mengintai pada anak akibat batuk.

Baca juga: Kasus Diabetes Pada Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Ini Yang Orang Tua Harus Lakukan

 
pcare vaksin

1. Pneumonia

Kondisi ini disebut juga sebagai radang paru yang terisi oleh cairan atau nanah dan disebabkan oleh adanya bakteri streptococcus pneumoniae yang berakibat pada infeksi pada kantong-kantong udara.

2. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis juga bisa ditandai dengan batuk yang tak kunjung sembuh. Gejala dari PPOK yakni batuk terus-menerus dengan adanya lendir dahak berwarna kuning atau hijau.

Baca juga: Obat Alami Yang Mudah Didapat Untuk Atasi Asam Lambung Yang Naik

3. Tuberkulosis (TBC)

Kita musti berhati-hati dengan penyakit kronis yang satu ini, pasalnya bila kurang tepat penanganannya dapat berujung kematian. Gejala penyakit yang menyerang paru-paru ini bisa ditandai dengan batuk terus-menerus selama tiga minggu atau lebih.

4. Batuk Rejan

Penyakit ini merupakan kondisi adanya infeksi bakteri di paru-paru dan saluran pernapasan serta sangat menular. Batuk rejan akan berlangsung hingga tiga bulan lamanya serta bisa mengancam nyawa bisa terjadi pada anak dan lansia.

5. Penyakit lainnya

Lebih dari penyakit-penyakit yang sudah disebutkan sebelumnya, batuk yang terjadi pada anak dalam durasi cukup lama bisa menjadi pertanda adanya penyakit lain. Seperti GERD, ISPA, asma, bronkitis akut, alergi hingga virus flu.

Baca juga: Kurang PD Karena Bau Mulut Saat Puasa? Coba Nih Tips dan Cara Atasi Bau Mulut Saat Berpuasa

Penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya guna menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak kedepannya. Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat.  

Share:

Kasus Diabetes Pada Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Ini Yang Orang Tua Harus Lakukan

pcare vaksin

 Lonjakan kasus diabetes pada anak saat ini cukup memprihatinkan. Belum lama ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus diabetes pada anak di tahun 2023 meningkat 70 kali lipat sejak tahun 2010 lalu, di mana pasien diabetes anak umumnya berusia 10-14 tahun dengan jumlah sekitar 46 persen dari total angka yang dilaporkan. 

Dokter spesialis anak dr. Dana Nur Prihadi Sp.A(K), M.Kes., MH, menjelaskan, diabetes tipe 1 terjadi karena kadar insulin yang rendah akibat kerusakan sel beta pankreas, yang disebabkan oleh infeksi virus atau penyakit autoimun yang terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan.

Baca juga: Apakah Aman Dan Boleh Tidur Setelah Sahur?

Pengidap penyakit ini harus mendapatkan suntik insulin secara rutin untuk mencegah komplikasi. Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh kelenjar pankreas yang tidak dapat mencukupi kebutuhan insulin pada tubuh, sehingga insulin tidak berfungsi dengan optimal.

"Orangtua mesti curiga jika anak mengalami penurunan berat badan padahal disaat yang sama si anak lebih banyak minum dan lebih banyak makan. Tiba-tiba mengompol di malam hari padahal sebelumnya tidak. Umumnya inilah gejala diabetes tipe 1 pada anak-anak. Segera cek gula darah dan konsultasikan ke dokter,” ujar dr. Dana dalam diskusi media belum lama ini.

Konsultan endokrin ini menegaskan, walaupun diabetes bukan penyakit menular, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti pada saraf, mata, dan juga gangguan pada tumbuh kembang anak.

Namun, kata dia, jika anak mendapat terapi sedini mungkin akan bisa mencegah komplikasi yang terjadi. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah telah melakukan upaya pencegahan, salah satunya dengan menekankan pentingnya skrining secara berkala sehingga jika ditemukan gejala penyakit tertentu dapat segera ditangani.

“Perhatikan kesehatan anak kita dimulai dari pola asuh orangtua yang sehat. Jadi orangtua memiliki peran sentral dalam membentuk anak-anak yang tumbuh sehat sehingga bisa terhindari dari risiko penyakit, termasuk diabetes ini,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementrian Kesehatan RI.

Baca juga: Produktivitas Terhambat Karena Kantuk Saat Berpuasa? Nih Cara Atasinya

Berbeda dengan DM tipe-1 yang tidak bisa dicegah, kejadian DM tipe -2 pada anak dapat dicegah atau ditunda dengan pola makan seimbang dan olahraga yang teratur. Kegemukan, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, konsumsi minuman manis yang berlebihan, menjadi pemicu tidak terkontrolnya kadar gula darah.

Prof.Dr.Ir.Ujang Sumarwan, M.Sc, Guru Besar Perilaku Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor menegaskan bahwa saat ini konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, sudah tergolong berlebihan.

Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Terungkap, 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis 1-6 kali per minggu. Sementara itu, pada anak-anak, 59,6 persen anak usia 3-4 tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.

“Konsumsi gula yang berlebihan ini tentu saja menambah besar risiko penyakit diabetes. Karena itu perlu tindakan preventif yang sangat serius dan tegas dalam membatasi kandungan gula dalam produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran,” tegas Prof Ujang.

Baca juga:  Kurang PD Karena Bau Mulut Saat Puasa? Coba Nih Tips dan Cara Atasi Bau Mulut Saat Berpuasa

Oleh Karena itu, Penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya guna menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak kedepannya. Jangan lupa cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat. 

Share:

Popular Posts

Recent Posts