Perlu ayah dan bunda ketahui Gejala Tourette umumnya muncul pada masa kanak-kanak, sekitar dalam rentang 5 hingga 9 tahun. Tetapi normalnya kondisi ini tidak bertahan lebih dari 1 tahun. Namun, pada anak dengan sindrom Tourette, tic berlangsung lebih dari 1 tahun dan muncul dalam berbagai macam perilaku.
Sindrom Tourette (TS) merupakan suatu kondisi yang mengganggu sistem saraf. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami "tic". Tic sendiri adalah kedutan, gerakan, atau suara tiba-tiba yang dilakukan berulang kali secara involunter.
Hal tersebut berarti penderita sindrom Tourette tidak dapat mengontrol gerakan dan suara tersebut.
Ibarat cegukan, meski seseorang tidak ingin cegukan, tubuh tetap mengeluarkan suara "hik" tanpa sadar.
Contohnya, seseorang akan berkedip berulang kali, membuat suara mendengus, bahkan bersiul.
Sindrom Tourette umumnya membaik seiring bertambahnya usia. Akan tetapi, penderita mungkin harus menjalani pengobatan untuk mengatasi kondisi lain yang terjadi bersama dengan sindrom Tourette.
Sindrom Tourette berbeda dengan latah. Latah biasanya terjadi sebagai reaksi terkejut yang berlebihan. Sedangkan gejala tic pada sindrom Tourette terjadi secara spontan.
Baca juga: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan(DPKP) Kabupaten Tangerang menyiapkan 1.100 vaksin LSD
Penyebab Sindrom Tourette
Hingga saat ini, penyebab pasti sindrom Tourette masih belum diketahui. Namun, ada dugaan bahwa sindrom Tourette terkait dengan beberapa hal berikut:
- Kelainan gen yang diturunkan dari orang tua
- Kelainan pada zat kimia otak (neurotransmitter) dan pada struktur atau fungsi basal ganglia, yaitu bagian otak yang mengontrol gerak tubuh
- Gangguan yang dialami ibu selama masa kehamilan atau saat melahirkan, seperti stres dalam masa kehamilan, proses persalinan yang berlangsung lama, atau bayi lahir dengan berat badan yang di bawah normal
Faktor Risiko Sindrom Tourette
Meski penyebabnya belum diketahui, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko anak mengalami sindrom Tourette, yaitu:
- Berjenis kelamin laki-laki, dengan risiko 3–4 kali lebih tinggi dibanding perempuan
- Memiliki riwayat sindrom Tourette atau gangguan tic lainnya pada keluarga
Gejala Sindrom Tourette
Gejala umum sindrom Tourette adalah gerakan berulang yang di luar kendali atau dikenal dengan sebutan tic. Tic dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
Motor tics
Motor tics ditandai dengan gerakan yang sama secara berulang. Motor tics dapat melibatkan kelompok otot tertentu saja (simple tics), atau beberapa otot sekaligus (complex tics).
Beberapa gerakan yang termasuk ke dalam simple motor tics adalah:
- Mengedipkan mata
- Menganggukkan atau menggelengkan kepala
- Mengangkat bahu
- Menggerak-gerakkan mulut
Sedangkan pada complex motor tics, penderita umumnya mengulang gerakan, seperti:
- Menyentuh atau mencium suatu benda
- Meniru gerakan suatu objek
- Menekuk atau memutar badan
- Melangkah dalam pola tertentu
- Melompat
Vocal tics
Vocal tics ditandai dengan membuat suara yang berulang. Sama seperti motor tics, vocal tics juga bisa terjadi dalam bentuk simple tics maupun complex tics.
Beberapa contoh dari simple vocal tics adalah:
- Batuk
- Berdeham
- Bersuara menyerupai binatang, seperti menggonggong
Sedangkan pada complex vocal tics, gejala yang muncul antara lain:
- Mengulang perkataan sendiri (palilalia)
- Mengulang perkataan orang lain (echophenomena)
- Mengucapkan kata-kata kasar dan vulgar (koprolalia)
Selain itu, tic dapat:
- bersifat variatif dari segi frekuensi dan tingkat keparahan
- memburuk saat penderita sakit, stres, cemas, lelah, atau bersemangat
- terjadi saat tidur
- berubah seiring waktu
- memburuk pada awal masa remaja dan membaik saat transisi menuju dewasa
Baca juga: Jenis-Jenis Vaksin Polio Dan Berbedaannya
Sebelum gejala motor tics atau vocal tics muncul, penderita mungkin akan mengalami sensasi tertentu di tubuh, seperti gatal, kesemutan, atau ketegangan. Sensasi tersebut akan hilang setelah tic muncul.
Seorang anak dapat didiagnosis sindrom Tourette jika memiliki beberapa jenis tic yang berbeda, khususnya beberapa tic motorik dan setidaknya satu tic selama setidaknya satu tahun.
Anak dengan gejala Tourette mungkin perlu menemui neurologis atau ahli saraf.
Melalui pemeriksaan fisik, riwayat keluarga, riwayat medis, mengobservasi gejala, dokter dapat membuat diagnosis sindrom ini.
Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis juga meliputi:
- MRI
- CT Scan
- EEG
- tes darah
Untuk mengesampingkan kondisi lain yang menimbulkan gejala mirip dengan sindrom Tourette
Perawatan
Perawatan biasanya melibatkan pengobatan dan perawatan non-farmakologis. Dalam kasus langka, operasi dapat menjadi alternatif.
Obat yang digunakan dapat termasuk:
- antihipertensi: dapat digunakan penderita Tourette bergejala ringan dengan mengatur kadar neurotransmitter
- relaksan otot: untuk mengendalikan tic fisik dengan mengobati kelenturan saat otot menjadi terlalu kaku
- neuroleptik: untuk memblokir dopamin di otak, efektif mengobati gejala Tourette sedang hingga parah
Selain itu, beberapa terapi yang dapat dilakukan mencakup:
- terapi tingkah laku
- psikoterapi
- stimulasi otak mendalam (deep brain stimulation).
Oleh karena itu, para orang tua harus lebih memperhatikan kondisi anak mereka agar lebih terjaga kesehatannya dan terhindah dari berbagai penyakit kronis. Jangan lupa
cek artikel dan berita menarik lainnya di portal informasi Pcare Vaksin ini ya. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar